Halaman

Khazanah

MENELADANI SIKAP SALAF
DALAM MENCINTAI ROSULULLAH
Oleh: Muhammad Bashiruddin

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

MUQODDIMAH

Marilah selalu senantiasa dan terus kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Yang tlah memberikan kita nikmat dan karunia sehingga kita masih bisa menjalankan segala aktifitas kita dalam keadaan sehat walafiyat. Dan nikmat yang paling besar yang ddiberikan Allah kepada kita adalah nikmat iman dan islam.
Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada nabi kita Muhammad SAW, yang tlah membimbing umat manusia dari zaman yang tidak dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil kepada jalan yang lurus.
Dan tidak lupa marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita. Yaitu dengan menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah dengan penuh keikhlasan.

Ikhwani fillah....
Imam Bukhori meriwayatkan sebuah hadits dari jalan Abdullah bin Hisyam bahwa beliau pernah bersama Rosulullah, dan saat itu Rosulullah sedang memegang tangan umar, lantas umar berkata:

“wahai Rosulullah, sesungguhnya engkau kini lebih aku cintai dari segala sesuatu pun selain diriku. “Lantas Rosulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya,tidaklah sebelum aku lebih kau cintai dari pada dirimu sendiri!” maka Umar menjawab: “sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri, “ lantas nabi bersabda; “sekaranglah wahai Umar”(HR,al-Bukhori)

Beginilah sikap para pendahulu kita yang mulia, cinta mereka kepada rosulullah SAW benar-benar bersih dan bersumber dari lubuk hati yang dalam.
Kecintaan mereka benar-benar tulus dan ikhlas karena mereka merasa berhutang budi kepada beliau. Beliaulah yang mengeluarkan mereka semuanya dari nisstanya lembah kesyirikan dan permusuhan satu sama lainnya. Mereka juga tau sebesar apapun balasan yang akan mereka berikan kepada beliau masih belum seberapa bila dibandingkan dengan jasa dan kebaikan selama ini diberikan oleh Rosulullah SAW terhadap mereka. Maka dari itu kedudukan Rosulullah SAW dihati para ssahabat sangatlah agung, tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kedudukan beliau didalam relung relung hati hati para sahabat.

Inilah kisah sahabat mulia, Saad bin Muadz dalam perang badar kubro, peperangan yang menguji keimanan para sahabat yang telibat dalam peperangan. Tatkala Rosulullah SAW meminta pendapat para sahabt yang ikut perang, maka kaum muhajirin mengatakan : “kami siap berperang.” Namun Rosulullah SAW menginginkan Anshor yang berbicara, kemudian Saad bin Muadz angkat bicara: “Wallahi Ya Rosulullah, sepertinya anda menginginkan kami berbicara, ketahuilah wahai Rosulullah kami bukanlah bani Israel yang mengtakan kepada Musa pergilah engkau sendiri kepada Robb-mu berperang, sedangkan kami akan duduk-duduk disini saja. Sungguh bila engkau menghendaki untuk menyelami samudra niscaya kami akan ikut bersamamu.

Diantara bukti lain tulusnya kecintaan para sahabat yang ditunjukkan oleh catatan lembar sejarah adalah apa yang ditunjukkan oleh para sahabat Anshor ketika pembagian harta ghonimah seusai perang Hunain. Setelah Rosulullah brhasil mengalahkan bani hawazin dan sekutunya serta berhasil pula menyudutkan mereka hingga ke benteng Thoif, maka Rosulullah kembali ke Ji’ronah untuk membagi harta rampasan perang yang telah didapat.
Pada awalnya Rosulullah SAW tidak langsung membagi harta tersebut, akan tetapi beliau menunggu barang kali ada utusan Hawazin dating membawa keislaman mereka. Namun setelah beberapa hari, mereka tak kunjung dating, maka Rosulullah SAW mulai memberikan bagian harta rampasan kepadda pasukan yang ikut serta dalam peperangan satu persatu. Saat itu para pembesar Makkah dan orang-oraang Makkah yang baru masuk islam juga ikut dalam peperangan ini, maka mereka juga diberikan bagian oleh Rosulullah.

Akan tetapi, suasana menjadi agak kurang mengenakkan tatkala Rosulullah SAW memberikan bagian yang sangat banyak kepada para pembesar Quraisy, beliau memberikan harta dan hewan ternak yang tak terhitung banyaknya kepada mereka., sedangkan kaum Anshor mereka hanya mendapatkan bagian yang sedikit,tidak seperti yang didapat para pembesar Quraisy. Maka mulailah orang-orang Anshor berbisik-bisik, hingga sampailah suara mereka kepada Saad bin Ubadah salah satu pemimpin mereka dari kabilah Khozroj, maka beliau bergrgas menuju Rosulullah SAW mengabarkan apa yang telah terjadi. Lantas Rosulullah SAW memerintahkan agar mengumpulkan orang-orang Anshor disuatu tempat, hanya kaum Anshor bukan yang lain.

Akhirnya mereka berkumpul, lantass mulailah Rosulullah SAW berbicara: “ wahai kaum Anshor,hal apakah yang telah sampai kepadaku mengenai rasa tidak enak kalian terhadap apayang aku perbuat? Bukankah sebelum aku dating kalian dalam kecamuk permusuhan, lantas Allah SWT mempersaudarakan kalian dengan perantaranku? Bukankah dahulu kalian berada dalam kubangan kesesatan lalu Allah SWT memberikan petunjuk kalian dengan sebabku?” maka mereka semua menjawab: “benar wahai Rosulullah, bagi Allah dan Rosul-Nya lah jasa dan kebaikan.

Lantas beliau meneruskan:”wahai kaum Anshor mengapakah kalian tidak membatahku? “wahai Rosulullah, dengan apa pula kami membantah engkau, sedangkan bagi Allah dan Rosul-Nya lah jasa dan kebaikan?”. Maka Rosulullah mengajari mereka bagaimana cara membantah beliau, “sungguh demi Allah, jika kalian maau membantahku, niscaya kalian akan benar dalamperkataan dan dibenarkan, mengapa tidak kalian katakana kepadaku: Wahai Muhammad engkau dahulu dating kepada kami dalam keadaan didustakan, lantas engkau kami benarkan!engkau dating kepada kami dalam keadaan terusir,lantas kami beri tempat!engkau dating kepada kami dalam keadaan faqir tidak punya apa-apa, lantas kami berikan harta kamikepada engkau hingga merasa cukup!
Mengapa kalian tidak mengatakan demikian?!” maka mereka tertunduk malu mendengar perkataan Rosulullah SAW dan menangis.
Lantas rosulullah SAW meneruskan: “tidak relakah kalian melihat suatu kaum yang aku berikan secuil dunia untuk melunakkan hati mereka dan aku percayakan kalian kepada islam kalian? Tidak relakah kalian melihat suatu kaum pulang membawa harata dan kambing mereka sedangkan kalian sedangkan kalian pulang bersama Rosulullah?
Sungguh apa yang kalian bawa itu jauh lebih baik dari apa yang mereka dapatkan!”. Maka mereka pun sambilmenangis mengatakan :” kami ridho kepada Rosulullah dalam pembagian jatah.”

Ikhwani fillah..
Inilah sedikit contoh sikap para pendahulu kita dalam mencintai Rosul mulia yang telah banyak berjasa untuk akhirat mereka. Bila Rosulullah SAW telah memutuskan sebuah perkara maka kita akan tunduk dan patuh menerimanya. Inilah salah satu realisasi para sahabat terhadap firman Allah SWT yang berbunyi:


“Dan tidaklah patut laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rosul-Nya,maka sungguh dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata (QS. Al-Ahzab(33):36)
Inilah sikap dan kecintaan yang sekarang mulai hilang dari dada-dada kaum muslimin! Tatkala mereka dihadapkan dengan sebuah hukum syari’at yang ternyata menyelisihi adapt ssetempat atau perkataan kyai mereka. Apa yang mereka katakan? “Saya tetap mengikuti perkataan kyai dan pemimpin saya.” Ada lagi yang mementahkan kebenaran sunnah Rosulullah SAW hanya bersandar hawa nafsunya belaka, sambil mencari celah untuk meninggalkan perintah syariat tersebut.